Thursday 29 November 2018

Pasword. "2,4,4,3,4"

Kalau anda ingin melindungi ponsel atau benda penting lain pasti menggunakan Password teraman, jika anda memiliki ponsel yang ada fasilitas deteksi wajah, anda akan menggunakan wajah anda sendiri untuk melindungi data-data penting disitu, tidak mungkin anda menggunakan wajah orang lain. Analogi ini bisa kita gunakan untuk memahami bagaimana Allah SWT melindungi surga-Nya, sudah pasti Dia akan menggunakan sesuatu yang canggih yang tidak mungkin di tiru oleh para penyusup (setan) dan password terbaik dan Maha Canggih itu adalah wajah-Nya sendiri karena hanya wajah Dia yang Abadi  sebagaimana Firman-Nya : “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah” (QS. Al-Qashash : 88)


Allah SWT juga berfirman : “Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulyaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27). Sudah pasti wajah yang kekal abadi dan tidak akan musnah di berbagai alam dan berbagai dimensi itulah yang bisa menjadi password untuk mengakses surga-Nya.

Kita tentu tidak membayangkan wajah-Nya itu seperti wajah pada umumnya, seperti kita mengenal makluk ciptaan-Nya. Wajah-Nya tentu saja merupakan pancaran cahaya-Nya yang akan abadi selama-Nya. Ketika cahaya-Nya itu hilang dari muka bumi maka disaat itulah dunia akan kiamat. Sebagaimana Sabda Nabi SAW “Kiamat tidak akan terjadi sampai tidak ada lagi di muka bumi orang yang mengucapkan: “Allah, Allah” (H.R. Muslim).

Mengucapkan “Allah..Allah” itu tentu bukan sekedar menyebut dengan mulut saja, karena sebutan mulut mempunyai dimensi rendah, tidak akan mampu menahan dunia untuk tidak kiamat. Ucapan yang bisa menunda kiamat tentu saja ucapan yang di iringi dengan turunnya cahaya-Nya bersama dengan ucapan tersebut, hadir Allah SWT bersama ucapan itu muncul, yaitu di dalam Qalbu orang beriman. “Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang” (HR Abu Dawud ).

Segala yang keluar dari si Baharu akan menjadi baharu, menjadi produk Baharu, tidak akan mungkin bisa menjangkau yang Maha Qadim. Oleh karena itulah Allah SWT Yang Maha Qadim tidak akan mampu dijangkau oleh manusia yang bersifat baharu, yang diciptakan. Allah SWT Yang Maha Segala-galanya tidak akan mungkin bisa disentuh oleh makhluk, Maha Suci Dia dari hal-hal seperti itu. Allah SWT melarang dengan keras kita menyekutukan-Nya, artinya Dia menolak segala unsur selain dari Dia, baik dalam ibadah maupun di luar ibadah.


Ketika si hamba melaksanakan shalat, dia membawa dirinya, khalayannya, angan-angannya, tidak akan mungkin bisa diterima oleh Allah SWT. Bukankah shalat itu bertujuan untuk mengingat Allah, kalau dalam shalat saja kita mengingat dunia ini, mengkhayal, mengingat hapalan ayat-ayat yang juga bersifat baharu, bagaimana mungkin Dia menerima shalat kita?

Shalat adalah sarana komunikasi antara makhluk dengan pencipta (coba hayati makna dari surah Al-Fatihah), pernahkah kita bertanya berapa frekwensi Allah SWT agar komunikasi berjalan dengan baik? Kalau anda ingin berbicara dengan seseorang yang jauh, anda harus menggunakan alat komunikasi, telepon atau Ponsel, anda harus mengetahui nomornya, dan itu harus tersambung dengan jaringan komunikasi, baik kabel maupun satelit, setelah memenuhi semua syarat itu barulah komunikasi berjalan dengan lancar, tanpa itu maka anda hanya bisa berbicara dengan ponsel kosong tanpa pernah tersambung dengan lawan bicara anda.

Begitu juga komunikasi anda dengan Allah SWT, hanya sampai ke tahap “kira-kira di dengar”, atau “kira-kira di kabulkan” tanpa sampai ke tahap kepastian. Maka shalat yang tidak pernah tersambung kepada Allah SWT tidak akan bisa berfungsi untuk mencegah kemungkaran, bahkan makin banyak shalat makin banyak melakukan kemungkaran. Bukankah para koruptor itu banyak yang rajin shalat juga?

Para ustad tidak pernah mengupas hal sangat penting ini, yaitu bagaimana memastikan seorang hamba berkomuniasi dengan Allah di dalam shalatnya, kenapa?? Karena memang tidak sampai ilmunya kesana.

Ini persoalan Maha Halus, harus seorang yang benar-benar ahli yang sudah sampai ke alam sana, kemudian baru bisa membimbing segenap manusia untuk bisa juga sampai kesana. Dalam hadist Qudsi Allah berfirman, “Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah…”, ini perintah Allah yang utama. Setiap manusia berusaha dengan segenap kemampuannya, dengan ikhtiar ibadahnya untuk bisa senantiasa selalu beserta atau bersama dengan Allah. Karena tidak semua manusia mengetahui rahasia untuk berhubungan dengan Allah maka Allah memberikan rumus, “Jika engkau belum bisa berhubungan dengan Allah maka adakanlah dirimu beserta dengan orang yang beserta dengan Allah, maka dialah yang mengantarkan dirimu kepada Allah”. Dari hadits Qudsi tersebut jelas bahwa Allah tidak menyuruh kita mengambil perantara tapi mencari orang yang bisa menuntun dan membimbing kita kepada-Nya dalam hal ini Nabi dan kemudian diteruskan oleh para Wali Allah.

Maka untuk bisa anda mencapai khusyuk dalam shalat, jangan tanya kepada ustad karena dia pun tidak khusyuk, tapi carilah seorang pembimbing rohani yang bisa menuntun anda setahap demi setahap sehingga mencapai khusyuk, berkomunikasi dengan mesra dengan Allah, baik dalam ibadah maupun di luar ibadah…

No comments:

Post a Comment