"Ulama" itu kan orang "Alim." Siapapun yg alim dalam bidang ilmu apapun yg baik, ya Ulama. Toh ilmu dunia dan akhirat itu milik Tuhan. Bahkan disetiap penutup do'a kita diajarkan Allah swt utk mengejar dua hal sekaligus: "kebahagiaan dunia" dan "kebahagiaan akhirat." Yg pertama dicapai dg ilmu dunia, yg kedua dg ilmu tentang akhirat. Kalau hanya belajar dunia saja tanpa akhirat, itu namanya "sekuler". Demikian juga kalau fokus akhirat saja tapi lupa dunia, itu juga "sekuler". Idealnya, seorang ulama menguasai ilmu dunia sekaligus ilmu akhirat, tanpa terpisah.Tapi sayangnya, sebagian ulama larut di kampus dg ilmu dunianya. Sebagian lain larut di dayah dg ilmu akhiratnya. Dua-duanya sekuler, karena memisahkan akhirat dg dunia. Padahal zaman keemasan Islam, ulama itu juga seorang profesor yg ahli pengetahuan dunia sekaligus akhirat. Mereka pakar matematika, biologi, kedokteran, fisika, kimia, bahasa, sastra, filsafat, astronomi, geologi, ekonomi, bisnis, politik, seni, dsb; sekaligus ahli teologi, fikih, dan juga seorang sufi. Mereka bukan cuma terus belajar dan mengajar, tapi juga terus menulis. Adakah ulama kita di dayah dan kampus yg sekarismatik itu? Rasanya sdh langka, karena kita sdh diajarkan "spesialisasi" (wujud lain dari "sekularisasi"). Yakni fokus pd satu hal saja: dunia saja, atau akhirat saja.
No comments:
Post a Comment